Aku lelaki ujung gang yang menunggumu.
Menanti dengan jarum yang berjalan namun tak beranjak.
Menit demi menit berjalan, namun terasa terhenti tak berdetak.
Menanti dengan jarum yang berjalan namun tak beranjak.
Menit demi menit berjalan, namun terasa terhenti tak berdetak.
Entah sudah berapa lama aku menunggumu
Entah sudah berapa gelas kopi yang ku habiskan
Namun menunggumu adalah sebuah hal yang menyenangkan
Entah sudah berapa gelas kopi yang ku habiskan
Namun menunggumu adalah sebuah hal yang menyenangkan
Perna sekali, aku melewatkan menunggumu:
rasanya menyakitkan.
Aku seperti kehilangan waktuku
Aku seperti kehilangan sebuah hal yang seringkali ku lakukan.
Aku seperti kehilangan waktuku
Aku seperti kehilangan sebuah hal yang seringkali ku lakukan.
Tahukah, dengan menunggumu aku dapat
melihat sebuah senyuman.
Dengan menunggumu, aku tahu bahwa kau pulang dengan keadaan baik-baik saja
Namun, ketika ku melihatmu bersama dengan lelaki lain.
Hatiku rasanya teriris, seperti sebuah pisau menyahat hatiku.
Dunia ku runtuh
Hatiku hancur
Bumiku tak berpijak
Dengan menunggumu, aku tahu bahwa kau pulang dengan keadaan baik-baik saja
Namun, ketika ku melihatmu bersama dengan lelaki lain.
Hatiku rasanya teriris, seperti sebuah pisau menyahat hatiku.
Dunia ku runtuh
Hatiku hancur
Bumiku tak berpijak
Untuk pertama kalinya, aku lelah menungumu.
Untuk pertama kalinya, aku enggan menunggumu
Untuk pertama kalinya, aku berhenti menunggumu
Untuk pertama kalinya, aku enggan menunggumu
Untuk pertama kalinya, aku berhenti menunggumu