Minggu, 15 Januari 2017

Kamu.

Teruntuk,
Patner in crime.

Ah
Kamu pasti lupa atau bahkan tak tau untuk siapa gerangan tulisan ini.
Maaf bilang membingungkan, namun bersediakah kamu membacanya?

Ku anggap iya, bila kamu sudah membaca tulisan ini.

Hai.
Apa kabar?
Dari sekian banyak kata, aku bingung harus memulainya dari mana.

Mungkin dari, rengangnya hubungan kita.

Hai, satu hal yang hal pintaku yang ingin kau tau.
Bila nyatanya aku terlihat baik-baik saja seakan tak perduli.
Percayalah harusnya kamu bisa lebih tau daripada siapapun.
Bila nyatanya disini bukan hanya aku yang merasa seperti di tikam oleh seribu jarum, bisakah jelaskan apa yang kau rasakan?

Rasanya seperti orang dungu.
Aku mungkin manusia paling bodoh yang sulit untuk tau dimana letak salahku.
Aku mungkin bukanlah manusia menyenangkan yang bisa kau andalkan.
Atau mungkin, aku tak sebaik yang terlihat namun nyatanya aku hanya sebuah tomat busuk.

Aku selalu bertanya.
Apa sebenarnya yang membuat kita seperti ini?
Dahulu, kita berjanji. "Apapun yang terjadi harus saling berbicara dan menegur"

Rasanya, sekarang sudah tak penting ya?
Kamu mungkin terlalu lelah untuk menegurku, dan aku terlalu bodoh untuk menyadari nya.

Ah.
Bila kelak, suatu saat kita berbicara lagi.
Bisakah kamu jelaskan?

Hai, untuk semua kata-kata yang selama ini bersembayang di otakku.
Aku hanya ingin menyingkirkannya.

Namun,
Aku lebih merindukanmu untuk segala hal.
Sebab, kamu bukanlah orang yang ku anggap lalu lalang.
Aku tau, aku bodoh bukan?
Aku egois.
Dan, aku malu untuk bertanya.

Hai, hari ku, malam ku atau semua hal tentangku.
Seakan berubah.

Kerap kali, aku mencoba kerap kali juga aku mundur dengan amat tertibnya.

Aku mungkin sedikit cemburu.
Sebab,
Bukan aku lagi yang menjadi tempat curahan hatimu.
Sebab,
Bukan aku lagi yang berada disampingmu
Dan sebab, tawa mu dan sedihmu bukan aku lagi yang menjadi sandarannya.

Baik-baik Ya.
Jaga kesehatan, jangan sering begadang.
Minum vitamin.
Aku sayang kamu.

Maaf bila aku hanya bisa menulisnya tanpa engan mengatakanny
a.